Umrah plus Turki - Tembok Byzantium dibangun oleh seorang Kaisar yang
bernama Theodosius pada tahun 413 M. Tembok ini membentang panjang
hingga ke Golden Horn (tanduk emas). Oleh penduduk Turki, tembok
Byzantium ini disebut sebagai “Shehir Surlari”.
Inilah tembok terkuat pada masanya, yang melindungi kota Konstantinopel selama berabad-abad dari serbuan berbagai bangsa yang ingin merebutnya. Namun, pada akhirnya seorang sultan muda dari Kekhalifatan Turki Utsmani berhasil menjebol tembok benteng Konstantinopel dan merebut kota tersebut, sekaligus merubah namanya menjadi Istanbul.
Istanbul merupakan kota terbesar, sekaligus pelabuhan di Turki. Sejak dahulu, banyak nama yang disematkan kepada kota ini. Sebelumnya, kota ini bernama Konstantinopel. Orang-orang Persia menyebutnya “Dersaadet” yang berarti ”pintu menuju kebahagiaan”. Orang Yunani menyebutnya “Teofilaktos” yang berarti ”kota yang dijaga tuhan”. Orang Romawi menyebutnya “Nouva Roma” yang berarti ”Roma baru”. Sementara orang Arab menyebutnya “Al-Faruq” yang berarti ”kota yang membelah dua benua”.
Nama Istanbul dicetuskan sejak tahun 1341 H/1923 M. Nama tersebut berasal dari kosakata Yunani, yaitu “stimboli” yang berarti “di dalam kota”. Kota itu sendiri mulai dihuni sekitar 3.000 SM. Kemudian pada 685 SM, koloni Yunani yang berasal dari kota Megara mulai mendirikan koloni di Chalcedon (kini menjadi distrik kadikoy). Kota itu, oleh koloni Yunani, disebut Boshporus.
Delapan belas tahun setelahnya, Raja Byzas dari Yunani menduduki Bosphorus wilayah Eropa dan menamakannya Byzantion atau Byzantium. Sejak 100 SM, kota ini menjadi bagian dari kekaisaran Romawi.
Selanjutnya, pada 306 SM, Kaisar Consantine Agung menjadikan Byzantium sebagai ibukota kekaisaran Romawi Timur. Semenjak itulah Byzantium diubah dengan sebutan Konstantinopel (Constantinople) dan dijadikan pusat pemerintahan kekaisaran Romawi timur, sekaligus sebagai kota Kristen Ortodoks.
Saat ini, Istanbul dapat dikatakan terbagi menjadi tiga kawasan utama. Setiap kawasan memiliki karakteristik tersendiri. Kawasan pertama membentang di tepi Selat Boshporus (menyambung dengan Laut Marmara) dan termasuk Benua Eropa. Di kawasan ini tinggal sekitar dua setengah juta warga kota Istanbul. Kawasan kedua yaitu kawasan kota Istanbul Lama atau Old City. Sementara kawasan ketiga adalah kawasan yang membentang sekitar dua perempat kilometer di seberang Selat Boshporus. Kawasan terakhir itu lebih terkenal dengan sebutan Uskudar dan Kadikoy, yang sebagian besar warganya berasal dari wilayah Anatoli.
Posisi Istanbul memang strategis. Tidak heran jika hal tersebut memicu berbagai bangsa berusaha menguasai kota ini. Sebagai contoh, bangsa Yunani, Gothia, Romawi, Turki, Persia, Slavia, dan Arab. Tidak kurang dari seribu pertempuran telah terjadi akibat perebutan kota itu. Sebagai contoh, antara Turki dan Rusia selama 200 tahun terakhir terlibat persaingan untuk menguasai laut Marmara, yang menjadi pintu kapal-kapal raksasa dari laut hitam menuju laut Mediterania.
Sahabat wisata muslim, usaha pertama kaum muslimin untuk menaklukkan Konstantinopel dilakukan pada tahun 40 H/660 M, di bawah komando Abdurrahman ibn Khalid. Usaha kedua dilakukan pada 53 H/673 M, di bawah komando Yazid ibn Muawiyyah. Sejumlah sahabat nabi Muhammad Saw ikut serta dalam ekspedisi militer ini, di antaranya Abdullah ibn Umar, Abdullah ibn Al-Abbas, Abdullah ibn Al-Zubair, dan Abu Ayyub Al-Anshari yang akhirnya gugur dan dimakamkan di distrik Eyup, ujung Golden Horn. Namun, kedua usaha itu mengalami kegagalan. Usaha selanjutnya dilakukan secara besar-besaran di bawah komando Maslamah ibn Abdul Malik yang mengerahkan sekitar 60 ribu pasukan darat dan laut.Namun, usaha itu lagi-lagi kandas.
Saat Dinasti Utsmaniyah tegak, Utsman I, Murad I, Bayazid, dan Murad II berusaha menundukkan kota ini kembali. Seperti sebelumnya, usaha mereka pun gagal. Namun, kawasan di sekitar kota itu berhasil mereka duduki sehingga mereka berhasil memaksa Kaisar Romawi Timur membayar upeti. Usaha menundukan kota Konstantinopel baru berhasil pada tahun 858 H/1453 M di tangan Sultan Muhammad II, yang mendapat gelar “al-Fatih”.
Sultan Muhammad al-Fatih dilahirkan di sebuah kota perbatasan antara Yunani dan Bulgaria. Kakeknya adalah Sultan Bayazid I dan ayahnya adalah Sultan Murad II. Ketika masih dalam kandungan, seorang guru spiritual pernah mengatakan kepada Murad II bahwa Tuhan telah mentakdirkan anaknya sebagai penakluk Konstantinopel. Hal itu membuat Murad II semakin giat mempelajari anaknya berbagai ilmu, salah satunya ilmu perang.
Pada usia mudanya, Muhammad al-Fatih hijrah dari Edine menuju Amsaya, bersamaan dengan meletusnya perang salib antara pasukan Serbia dengan Turki Utsmani. yang akhirnya mereka rela kehilangan berbagai wilayah, salah satunya Sofia.
Beberapa tahun kemudian, beliau menasehati ayahnya untuk bersiap menghadapi ancaman pasukan salib yang semakin membahayakan. Muhammad al Fatih pun mendapat tugas menghalau gerakan pasukan salib serbia. Dalam pertempuran yang melibatkan ribuan pasukan itu, pasukan Muhammad al Fatih berhasil membunuh 13 ribu pasukan musuh berikut seorang panglima salib yang bernama Vladislay.
Setelah peperangan itu, Sultan Muhammad II “al-Fatih” dan pasukannya terus bergerak hingga pada akhirnya berhasil memasuki Konstantinopel pada tahun 857 H/1453 M.
Nah, bagi sahabat wisata muslim yang ingin melihat langsung Tembok Byzantium, paket umrah plus Turki bisa dijadikan sebagai paket perjalanan istimewa. Ibadah pun menjadi plus dengan perjalanan menelusuri jejak-jejak sejarah di bumi Islam. Elamat berwisata. (Jng/RA)
Inilah tembok terkuat pada masanya, yang melindungi kota Konstantinopel selama berabad-abad dari serbuan berbagai bangsa yang ingin merebutnya. Namun, pada akhirnya seorang sultan muda dari Kekhalifatan Turki Utsmani berhasil menjebol tembok benteng Konstantinopel dan merebut kota tersebut, sekaligus merubah namanya menjadi Istanbul.
Istanbul merupakan kota terbesar, sekaligus pelabuhan di Turki. Sejak dahulu, banyak nama yang disematkan kepada kota ini. Sebelumnya, kota ini bernama Konstantinopel. Orang-orang Persia menyebutnya “Dersaadet” yang berarti ”pintu menuju kebahagiaan”. Orang Yunani menyebutnya “Teofilaktos” yang berarti ”kota yang dijaga tuhan”. Orang Romawi menyebutnya “Nouva Roma” yang berarti ”Roma baru”. Sementara orang Arab menyebutnya “Al-Faruq” yang berarti ”kota yang membelah dua benua”.
Nama Istanbul dicetuskan sejak tahun 1341 H/1923 M. Nama tersebut berasal dari kosakata Yunani, yaitu “stimboli” yang berarti “di dalam kota”. Kota itu sendiri mulai dihuni sekitar 3.000 SM. Kemudian pada 685 SM, koloni Yunani yang berasal dari kota Megara mulai mendirikan koloni di Chalcedon (kini menjadi distrik kadikoy). Kota itu, oleh koloni Yunani, disebut Boshporus.
Delapan belas tahun setelahnya, Raja Byzas dari Yunani menduduki Bosphorus wilayah Eropa dan menamakannya Byzantion atau Byzantium. Sejak 100 SM, kota ini menjadi bagian dari kekaisaran Romawi.
Selanjutnya, pada 306 SM, Kaisar Consantine Agung menjadikan Byzantium sebagai ibukota kekaisaran Romawi Timur. Semenjak itulah Byzantium diubah dengan sebutan Konstantinopel (Constantinople) dan dijadikan pusat pemerintahan kekaisaran Romawi timur, sekaligus sebagai kota Kristen Ortodoks.
Saat ini, Istanbul dapat dikatakan terbagi menjadi tiga kawasan utama. Setiap kawasan memiliki karakteristik tersendiri. Kawasan pertama membentang di tepi Selat Boshporus (menyambung dengan Laut Marmara) dan termasuk Benua Eropa. Di kawasan ini tinggal sekitar dua setengah juta warga kota Istanbul. Kawasan kedua yaitu kawasan kota Istanbul Lama atau Old City. Sementara kawasan ketiga adalah kawasan yang membentang sekitar dua perempat kilometer di seberang Selat Boshporus. Kawasan terakhir itu lebih terkenal dengan sebutan Uskudar dan Kadikoy, yang sebagian besar warganya berasal dari wilayah Anatoli.
Posisi Istanbul memang strategis. Tidak heran jika hal tersebut memicu berbagai bangsa berusaha menguasai kota ini. Sebagai contoh, bangsa Yunani, Gothia, Romawi, Turki, Persia, Slavia, dan Arab. Tidak kurang dari seribu pertempuran telah terjadi akibat perebutan kota itu. Sebagai contoh, antara Turki dan Rusia selama 200 tahun terakhir terlibat persaingan untuk menguasai laut Marmara, yang menjadi pintu kapal-kapal raksasa dari laut hitam menuju laut Mediterania.
Sahabat wisata muslim, usaha pertama kaum muslimin untuk menaklukkan Konstantinopel dilakukan pada tahun 40 H/660 M, di bawah komando Abdurrahman ibn Khalid. Usaha kedua dilakukan pada 53 H/673 M, di bawah komando Yazid ibn Muawiyyah. Sejumlah sahabat nabi Muhammad Saw ikut serta dalam ekspedisi militer ini, di antaranya Abdullah ibn Umar, Abdullah ibn Al-Abbas, Abdullah ibn Al-Zubair, dan Abu Ayyub Al-Anshari yang akhirnya gugur dan dimakamkan di distrik Eyup, ujung Golden Horn. Namun, kedua usaha itu mengalami kegagalan. Usaha selanjutnya dilakukan secara besar-besaran di bawah komando Maslamah ibn Abdul Malik yang mengerahkan sekitar 60 ribu pasukan darat dan laut.Namun, usaha itu lagi-lagi kandas.
Saat Dinasti Utsmaniyah tegak, Utsman I, Murad I, Bayazid, dan Murad II berusaha menundukkan kota ini kembali. Seperti sebelumnya, usaha mereka pun gagal. Namun, kawasan di sekitar kota itu berhasil mereka duduki sehingga mereka berhasil memaksa Kaisar Romawi Timur membayar upeti. Usaha menundukan kota Konstantinopel baru berhasil pada tahun 858 H/1453 M di tangan Sultan Muhammad II, yang mendapat gelar “al-Fatih”.
Sultan Muhammad al-Fatih dilahirkan di sebuah kota perbatasan antara Yunani dan Bulgaria. Kakeknya adalah Sultan Bayazid I dan ayahnya adalah Sultan Murad II. Ketika masih dalam kandungan, seorang guru spiritual pernah mengatakan kepada Murad II bahwa Tuhan telah mentakdirkan anaknya sebagai penakluk Konstantinopel. Hal itu membuat Murad II semakin giat mempelajari anaknya berbagai ilmu, salah satunya ilmu perang.
Pada usia mudanya, Muhammad al-Fatih hijrah dari Edine menuju Amsaya, bersamaan dengan meletusnya perang salib antara pasukan Serbia dengan Turki Utsmani. yang akhirnya mereka rela kehilangan berbagai wilayah, salah satunya Sofia.
Beberapa tahun kemudian, beliau menasehati ayahnya untuk bersiap menghadapi ancaman pasukan salib yang semakin membahayakan. Muhammad al Fatih pun mendapat tugas menghalau gerakan pasukan salib serbia. Dalam pertempuran yang melibatkan ribuan pasukan itu, pasukan Muhammad al Fatih berhasil membunuh 13 ribu pasukan musuh berikut seorang panglima salib yang bernama Vladislay.
Setelah peperangan itu, Sultan Muhammad II “al-Fatih” dan pasukannya terus bergerak hingga pada akhirnya berhasil memasuki Konstantinopel pada tahun 857 H/1453 M.
Nah, bagi sahabat wisata muslim yang ingin melihat langsung Tembok Byzantium, paket umrah plus Turki bisa dijadikan sebagai paket perjalanan istimewa. Ibadah pun menjadi plus dengan perjalanan menelusuri jejak-jejak sejarah di bumi Islam. Elamat berwisata. (Jng/RA)